Krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk seiring dengan minimnya akses bantuan untuk jutaan warga sipil. Meski tekanan internasional semakin meningkat, pemerintah Israel hanya mengizinkan masuknya bantuan pangan dalam jumlah terbatas. Keputusan ini memicu kritik dari berbagai organisasi kemanusiaan dan negara-negara dunia yang mendesak pembukaan jalur bantuan secara penuh.

Selama beberapa pekan terakhir, organisasi bantuan seperti PBB, Palang Merah, dan World Food Programme berupaya mengirim logistik ke wilayah Gaza. Namun, Israel tetap memperketat kontrol di perbatasan dan hanya membolehkan beberapa truk bantuan melintasi titik masuk tertentu seperti Rafah dan Kerem Shalom.

Pemerintah Israel menyatakan bahwa mereka harus memastikan setiap bantuan yang masuk tidak mengandung material berbahaya atau digunakan oleh kelompok bersenjata. Namun, pembatasan ini membuat distribusi makanan menjadi sangat lambat dan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan lebih dari dua juta penduduk Gaza yang terdampak konflik.

Warga Gaza melaporkan kesulitan besar dalam mendapatkan bahan makanan pokok seperti tepung, beras, dan air bersih. Banyak keluarga terpaksa mengurangi jumlah makan per hari atau bergantung pada bantuan lokal yang juga mulai kehabisan stok.

Beberapa negara seperti Mesir, Turki, dan Qatar telah mengirimkan bantuan secara simbolis, tetapi mereka mengaku frustrasi dengan proses yang sangat lambat di lapangan. alternatif medusa88  PBB memperingatkan bahwa jika akses bantuan tidak segera diperluas, Gaza akan menghadapi kelaparan besar-besaran dalam hitungan minggu.

Sementara itu, komunitas internasional terus menekan Israel untuk membuka akses kemanusiaan tanpa syarat dan mempercepat distribusi bantuan. Namun hingga kini, pemerintah Israel tetap mempertahankan kebijakan pengawasan ketat di wilayah perbatasan.

Situasi ini menyoroti pentingnya solusi jangka panjang yang tidak hanya bersifat politik, tetapi juga menyelamatkan nyawa manusia dari kelaparan dan penderitaan.