quebec-oui.org

quebec-oui.org – Konflik berdarah antara suporter Persebaya Surabaya, yang dikenal sebagai Bonek, dengan kepolisian terjadi di Jalan Kedung Cowek, dekat pintu keluar Jembatan Suramadu di Surabaya, pada malam Jumat, 31 Mei. Kejadian ini bermula dari pertukaran ejekan di media sosial, khususnya melalui platform TikTok, antara suporter Bonek dan Flower City Casual (FCC), kelompok pendukung Persib Bandung.

Pemicu Konflik:
Menurut MST (21), seorang suporter Bonek asal Waru, Sidoarjo, ejekan yang dilontarkan oleh FCC di TikTok telah memicu amarah dalam dirinya dan rekan-rekannya. “Ejekan dari FCC di TikTok yang mengatakan ‘kita akan pukul rata Surabaya’ sambil mengacungkan jari tengah menjadi titik pemicu bagi kami untuk bertindak,” ungkap MST saat diinterogasi di Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Eskalasi Konflik:
MST dan kelompok Bonek lainnya lantas melakukan sweeping terhadap bus dan kendaraan yang mereka duga membawa suporter Persib, setelah pertandingan final Liga 1 antara Madura United dan Persib Bandung di Stadion Gelora Bangkalan. Polisi yang berusaha membubarkan massa ini akhirnya terlibat dalam bentrokan dengan suporter, yang berujung pada kerusakan infrastruktur dan kendaraan.

Kerusakan dan Kekerasan:
Akibat bentrokan tersebut, beberapa fasilitas umum seperti pot bunga dan rambu lalu lintas di Jalan Kedung Cowek mengalami kerusakan. Satu mobil dinas Polri serta dua mobil milik warga juga dirusak. Aparat kepolisian dan suporter saling lempar batu dan kayu, menambah ketegangan situasi.

Penanganan Kasus:
Iptu M Prasetya dari Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak membenarkan bahwa kejadian ini berawal dari saling ejek di media sosial. “Investigasi lebih lanjut sedang dilakukan terhadap pemilik akun yang terlibat dalam penyebaran ejekan dan provokasi,” jelas Prasetya. Sebanyak 18 orang telah ditetapkan sebagai tersangka, termasuk beberapa di bawah umur, dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun 6 bulan penjara.

Insiden ini tidak hanya menimbulkan kerugian materi sebesar Rp24,5 juta tetapi juga menimbulkan kekhawatiran mengenai eskalasi kekerasan dalam pertandingan sepak bola. Kejadian ini menjadi pengingat penting tentang dampak negatif dari provokasi di media sosial dan kebutuhan akan tindakan preventif untuk menghindari kekerasan di masa depan.